lalu dibuatnya aku kecewa oleh mereka
haruskah kuberi kesempatan kedua?
namun luka ini masih jelas terasa
bagaimana bisa manusia saling menyiksa
saat mereka sama-sama mengharapankan bahagia?
betulkah itu yang biasa kita namankan khilaf
tapi mengapa tidak ada kata maaf?
jika tawa bisa berubah jadi duka
hanya dalam satu kata
maka sebaliknya benci juga bisa jadi cinta
namun mengapa luka itu harus selalu ada?
No comments:
Post a Comment
Any other comments / questions? Type it!