Monday, 23 March 2020

Kamu Pantas dengan Takdirmu

Agak sulit menuliskan cerita ini dari laptop karena huruf “p”, “backspace” dan “-“ nya tidak bisa, alias rusak. Jadi ketika awal gue menulis ini, bener2 terlihat seperti kalimat yang tidak bisa diahami dan kemudian barulah gue benerin dengan menu “on-screen keyboard”. Ya coba kalian aja bayangkan. Jadi gue juga harus sangat hati-hati karena backspacenya gabisa, harus meminimalisir kesalahan, tapi ya bagaimanapun juga gue hanya manusia yang tidak luput dari kesalahan heheheh.
Btw lanjut ke cerita yang akan gue ceritain. Sebenernya ini pengalaman pribadi, namun dari sini gue mau ajak kalian semua untuk merenung dan introspeksi diri. Jadi seperti yang kita ketahui kan banyak banget tuh kata-kata mutiara yang mengingatkan kita untuk selalu berikir positif dalam hal apapun dan katanya kemudian hal yang positif pun akan datang menghampiri. Gue sudah membuktikannya guys… believe it or not but you have so.

Pembatalan Janji
Cerita ini terjadi di hari jumat dimana gue punya janji sama temen gue buat balik bareng dari kantor mengendarai mobilnya. Karena biasanya gue dijemput ade gue, akhirnya gue ngabarin orang rumah untuk gausah jemput. Tapi tiba-tiba jam 4 sore temen gue ngechat kalau dia tidak jadi lewat jalan yang bisa dilalui kita berdua. Oke gue merasa kesialan mulai bermunculan, karenanya hal itu beberapa rencana jadi berantakan.

Kerjaan belum selesai
Nggak cukup disitu aja, ternyata pas jam setengah 5 (waktunya pulang pun gue masih sibuk dengan diri gue, input data pelaut ke suatu web, kemudian perbarui cv kerja gue. Disitu gue mulai bimbang, mau minta jemput atau tidak, karena berhubung hari juga sudah mulai gelap. Disini gue mulai galau antara minta jemput atau naik ojek online.

Tidak jadi dijemput
Karena gue juga tidak enak untuk nebeng sama orang seruangan yang padahal dia itu rumahnya melewati rumah gue. Jadi ya akhirnya gue minta lah adik gue untuk jemput. Aduh tapi emang kebiasaan buruk, dia gak langsung jalan. Gue udah kesel lah, sudah lewat dari jam pulang kerja, lalu gue belum tau mau balik ke rumah naik apa, hari akan segera hujan dan gue udah ngerasa kesel aja gitu kayanya. Tapi gue masih mencoba cooling down, keep calm and stay cool. Karena memang benar kok pikiran yang buruk bisa mempengaruhi proses peuaan. Gue harus bisa menenangkan diri, bagaimanapun caranya karena gue ngga mau menua sebelum waktunya.

Hujan di perjalanan
Selesilah urusan gue di kantor dan akhrinya gue memesan ojek online untuk minta dianterin ke rumah. Hari sudah semakin gelap ketika gue tersadar bahwa ga sampe 5 menit lagi adzan magrib, ya gimana ya sudah terlanjur dipesan. Baru 3 menit jalan dari kantor gue bersama abang ojek online, hujan turun membasahi kami dan akhirnya kamipun berhenti sejenak untuk mengenakan jas hujan. Sekedar info bahwa gue cuma dikasih atasan, jadi celana dan sepatu gue bawah kuyup. Oke perjalanan kita lanjut dengan perasaan kesal yang tiada tara. Tapi gue masih berusaha menghibur diri dengan beristigfar dan berpikiran positif bahwa memang ini semua sudah takdirnya.
Bahkan gue yang sudah pakai headset pun tidak memutar lagu atau siaran apapun karena emosi yang sudah campur aduk. Di sepanjang perjalanan gue mencoba senyum dan mengikhlaskan semua yang udah terjadi. Hingga akhirnya gue mendengar adzan magrib yang berkumandang melalu hp gue, disitu perasaan kesel, marah, bete dan lain-lain hilang semua. Seketika rontok menjadi senyum keikhlasan, Alhamdulillah. Bukan lagi emosi buruk melainkan senyum dan perasaan bahagialah yang gue rasakan. Benar-benar merasa bahwa memang semua sudah jalannya, hingga membuat gue berpikir…
Mungkin kalau gue jadi bareng sama temen gue, abang ojek ini tidak mendapat rezeki dari mengantarkan gue.
Kemudian kalau gue jadi dijemput pun ade gue bisa kehujanan dan sudah pasti kita basah kuyup karena adik gue pasti gak bawa jas hujan.
Kalau gue tidak mengenakan headset mungkin gue tidak akan mendengarkan suara adzan dari hp.
Dan kalau saja waktu itu gue sedang mendengarkan musik atau apaun itu, pasti hati ini takkan tenang dan takkan merasakan keikhlasan yang datang karena tidak bisa fokus dan serius mendengarkan adzan.
Dan yang paling penting gue jadi punya pengalaman yang bisa dibagi bersama teman-teman, betapa pentingnya berikir positif demi ketenangan diri.

Semoga pengalaman ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua, yang baik datangnya dari Allah, yang belum baik mungkin kekhilafan saya maka mohon dimaafkan. 
Terimakasih.

No comments:

Post a Comment

Any other comments / questions? Type it!

Writing Again

like what I typed on the title, i am writing again even though I do not know what will i write or type here. it is just like i really write ...