ramadan telah usai, selepas magrib, masuklah hari baru di bulan syawal. menurt kalender hijriyah. besok pagi, semua orang akan melaksanakan solat ied. merayakan kemenangan, berkumpul dengan sanak saudara, teman-teman lama dan banyak yang melakukannya dengan kembali ke kampung halaman.
jakarta, mungkin bisa dibilang itulah kampung halamanku. tempat dimana aku dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orangtuaku. sebuah ibukota dari negara indonesia. sudah 25 tahun lamanya aku hidup di negara ini. ya, di negara ini karena aku masih di negara yang sama dimana aku dilahirkan. hanya saja untuk beberapa keadaan, aku tidak di jakarta, kampung halamanku.
bahkan untuk merayakan lebaran pun ini bukan pertama kalinya untukku, lebaran di luar jakarta, tidak bersama keluarga. suatu wilayah di indonesia bagian tengah menjadi tempat aku merayakan hari kemenangan esok hari.
harusnya tempat ini kusebut sebagai rumah kedua, bersama keluarga kedua. tapi entah mengapa hampa rasanya. semua terasa hambar, tidak ada ikatan yang terjalin di rumah keduaku ini. semua sibuk dengan urusan masing-masing. akupun enggan menyalahkan keadaan. hanya saja aku menuliskan ini untuk meluapkan apa yang kurasakan.
menghubungi keluarga di jakarta sudah kulakukan. tapi entah kenapa lebaran di tanah rantauan kali ini terasa sangat berbeda. sangat hambar. bahkan hal itu berdampak pada perasaanku untuk merayakan kemenangan. biasanya orang-orang saling meminta maaf ke sanak saudara dan berharap bisa kembali suci setelah sebulan lamanya beribadah di bulan ramadan dan berharap menjadi diri yang lebih baik.
aneh, kali ini aku rasanya ingin berdamai dengan diri sendiri terlebih dahulu sebelum berdamai dengan orang lain. aku ingin meminta maaf kepada diriku sendiri, bukan orang lain, rasanya seperti aku enggan berinteraksi dengan nuansa lebaran dan bermaafan dengan orang lain, aku sungguh ingin bermaafan dengan diriku sendiri terhadap apa yang sudah aku lakukan di setahun belakangan setelah ramadan tahun sebelumnya.
banyak kesalahan yang aku lakukan secara sadar, melukai diri sendiri, menyakiti diri sendiri, mengutamakan kepentingan orang lain dan melalaikan diriku sendiri.
menerima keadaan bahwa aku berada di perantauan bersama orang asing yang terasa sangat asing, bahkan terasa enggan berinteraksi denganku, atau malah ternyata aku sendiri yang membentengi diri dengan mereka? entah apapun itu, aku enggan menyalahkan orang lain, pun aku juga sudah cukup lelah untuk menyalahkan diri sendiri.
pahit manis kehidupan, segala dosa dan kesalahan yang telah aku lakukan, sungguh jika diizinkan aku ingin kembali pada waktu dimana aku hanya mencintai diri sendiri. tidak melukai orang lain dan menjadi bumerang untuk diri sendiri. lagi dan lagi, aku minta maaf kepada diriku.